Thursday, April 15, 2010

" Mengutamakan Akhlak "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu


“ Mengutamakan Akhlak “

-    Di bawah kepemimpinan Rasulullah saw., yang dilanjutkan pada masa Khulafa Ar-Rasyidin, secara teoretis Islam telah menampilkan sebuah Negara Islam yang patut diteladani. Konstitusi Madinah, bersama dengan Al-Qur’an dan Sunah Muhammad, menjadi sumber untuk membangun masyarakat Islam.

-    Agaknya pertentangan antara dua aliran besar dalam Islam, Sunni dan Syiah terus terasa sampai sekarang. Perbedaan memang rahmat, tetapi nyawa mestinya tidak perlu melayang akibat perbedaan pandangan, perbedaan aliran atau mahzhab di dalam Islam.

-    Dan yang lebih parah, kita gemar membicarakan perbedaan mahzab di antara kita, tetapi lupa bahwa kita dipersamakan dalam syahadat.

-    Celakanya, ada sebagian ulama yang gemar mengeluarkan fatwa-fatwa sehingga berkembanglah persepsi yang keliru di masyarakat sehingga menentang fatwa ulama dianggap menentang ajaran Islam.

-    Kenapa kita tidak mencontoh sikap seorang guru besar dan pendiri Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna.

Suatu ketika di permulaan bulan Ramadan, beliau datang ke sebuah masjid di Mesir. Dia menemukan jamaah masjid itu sudah terbelah dua. Mereka sedang bertengkar berhadap-hadapan, dengan suara yang keras. Satu kelompok menjelaskan bahwa tarawih yang sesuai dengan sunah Rasulullah saw. adalah sebelas rakaat. Kelompok lainnya, dengan merujuk pada Hadis yang lain, menegaskan bahwa shalat tarawih dengan dua puluh tiga rakaat adalah lebih utama. Hasan Al-Banna lalu bertanya, “ Apa hukumnya shalat tarawih?” Keduanya menjawab, “Sunah!” Beliau bertanya, “Apa hukumnya bertengkar di rumah Allah dengan suara keras?” Keduanya menjawab dengan suara lirih, “Haram!” Imam bertanya, “Mengapa kalian lakukan yang haram untuk mempertahankan yang sunah?” Dengan kalimat yang lain, Imam Hasan Al-Banna menegur kaum Muslim, “Mengapa kalian mempertahankan fikih dengan meninggalkan akhlak?”

-    Kita telah terjebak dengan selalu mengutamakan fikih dan melupakan akhlak. Padahal ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasululullah, apakah agama itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhlak yang baik.”

-    Akhlak yang baik merupakan kunci kehidupan. Seorang sufi, Junaid Al-Baghdadi berkata, “Ada empat hal yang dapat mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi meskipun amal dan ilmunya sedikit: kesabaran, kesederhanaan, kemurahan hati, dan akhlak yang baik. Itulah kesempurnaan iman.”


No comments: