Tuesday, April 6, 2010

“ Shalat sebagai Mikraj Ruhani ”


Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                     : Ibadah Penghuni Langit

“Shalat sebagai Mikraj Ruhani”

-    Shalat adalah syariat Islam yang diturunkan langsung dari langit oleh Allah Swt. kepada Rasulullah saw. pada saat beliau melakukan mikraj. Ia satu-satunya ibadah yang harus dilakukan tanpa terkecuali.
-    Shalat adalah ikatan diri dalam perlindungan Islam. Artinya, bila kita meninggalkan shalat berarti kita telah melepaskan diri dari ikatan Islam.
-    Jangan pernah sekali-kali kita bersangka buruk kepada Allah Swt. Sesungguhnya shalat dan rezeki dunia tak selalu dapat disandingkan ke dalam satu pelaminan.
-    Bagaimana cara menghadirkan hati saat shalat? Sebelum menjawab pertanyaan ini, marilah kita lihat dulu sejarah awal penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia berupa jasad dan tanah selama 40 tahun. Ketika Iblis melewatinya, dipukullah jasad itu dan ia berbunyi seperti suara tembikat, dan itu mengagetkan para Malaikat. Lalu Allah Swt. berfirman kepada Para Malaikat, “janganlah kalian takut kepada orang ini karena Rabb kalian adalah tempat meminta segala sesuatu, dan orang ini adalah sesuatu yang berongga.” Rongga yang dipukul tadi adalah hati.
-    Getaran manusia berasal dari dua sumber : 9i) getaran hawa nafsu dan (ii) getaran Ilahiah.
-    Jika seseorang sudah membiasakan dirinya mengingat Allah dalam setiap kesempatan, niscaya dia dapat menghadirkan hati dalam setiap shalatnya.
-    Allah tidak bisa dilihat dengan mata, didengar dengan telinga, atau dipikir secara otak. Tetapi hanya bisa “dirasakan” dan “dipahami” kehadirannya dengan hati.
-    Secara fisik, shalatnya khusyuk dan thuma’ninah. Secara ruhani, kalbunya memancarkan pancaran energi yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an yang senantiasa dibacanya. Saat itulah, sesungguhnya sedang terjadi komunikasi kita dengan Allah melalui hati, yang dilakukan secara energial.
-    Dan hubungan energial ini sebenarnya dapat terjalin dengan baik karena didukung oleh beberapa factor, yaitu : Pertama, factor gerakan shalat. Kedua, factor Kabah sebagai pusat energi. Ketiga adalah factor orang yang bertawaf.
-    Jadi, shalat sesungguhnya adalah sebuah meditasi energi bagi tiap orang-orang yang benar-benar menghadirkan hatinya saat shalat. Dia memahami betul bahwa saat itu dia sedang berkomunikasi dengan Allah, Dia sedang menatap dirinya. Dia  sedang melakukan perjalanan, mikraj secara ruhani!

“Keajaiban Shalat Tahajud”

-    Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Keutamaan shalat pada malam hari dibandingkan dengan shalat pada siang hari adalah seperti keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dibandingkan dengan sedekah yang dilakukan secara terang-terangan.”
-    Pohon jihad fi sabilillah hanya bisa disirami dengan airmata orang-orang yang mengerjakan shalat tahajud pada kegelapan malam.
-    Shalat tahajud sejatinya adalah sarana untuk mendidik umat agar dapat ikhlas dalam menjalankan ibadah apa saja. Sehingga ibadah tak hanya bernuansa ritual belaka, tettapi memiliki nilai-nilai spiritual.
-    Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, “ Amal yang paling bermanfaat adalah bila tak diketahui oleh orang lain ketika melakukannya karena ikhlas, juga tidak diketahui oleh jiwanya karena kebaikan yang terlihat olehnya. Nafsu dan makhluk lain tak melihatnya.”

“Meraih Senyuman Ilahi”

-    Alih-alih menjawab perrtanyaan muridnya, sang guru malah menasehatinya, “Wahai anakku, Allah memiliki anugerah pada waktu malam dan siang hari. Dia membenarkan hati yang tidak tertidur dan menyalahkan hati yang tertidur. Bentangkanlah dirimu untuk mendapatkan pemberian-pemberian tersebut.” Mendengar hal itu, si murid menukas, “Wahai guru, engkau telah memberikan pelajaran untukku agar aku tidak dapat tidur pada malam hari dan siang hari semampuku.”
-    Al-Fudhail bin Iyadh suatu ketika memegang tangan Al husain bin Ziyad, lalu berkata, “Wahai Husain, Alah Swt. turun setiap malam ke langit dunia, kemudian berfirman, ‘Berdusta orang yang menganggap dirinya kekasih-Ku tetapi ketika malam telah gelap dia tidur meninggalkan-Ku. Bukankah setiap orang yang bercinta akanmenyendiri dengan kekasihnya? Ini lah Aku, muncul menemui kekasih-Ku apabila malam telah gelap. Besok Aku akan menyejukkan mata kekasih-Ku di surga.”
-    Diriwayatkan dari Abu Darda r.a., dia mengatakan bahwa rasulullah saw. pernah bersabda, “Adi tiga macam kelompok manusia, Allah suka kepada mereka. Yaitu, orang yang ketika muncul sekelompok orang, dia ikut berperang dengan jiwanya di belakangnya karena Allah Azza wa Jalla. Mungkin saja dia terbunuh atau dimenangkan oleh Allah dan Dia mencegahnya dari pembunuhan. Allah berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku ini, betapa dia telah sabar dengan jiwanya karena Aku.’ Kedua, orang yang memiliki istri cantik atau memiliki tempat tidur yang lembut dan bagus, kemudian dia bangun untuk shalat alam, Allah berfirman, Dia  meninggalkan kesenangan dan mengingat-Ku. Andaikan berkehendak, dia akan tidur.” Ketiga, orang yang sedang bepergian, bersamanya orang-orang yang berkendaraan. Mereka terjaga kemudian tidur, tetapi dia (sendiri) bangun (untuk shalat) pada akhir malam, dalam keadaan susah dan senang,” (HR Thabrani).
-    Asyiknya lagi, Allah memberi ganti kepada orang-orang yang mengerjakan qiyamul lail – yang telah meninggalkan istrinya – dengan menggantinya dengan istri-istri bidadari yang banyak di surga.
-    Mulai mala mini, bangun dan dirikanlah shalat tahajud, mari berbondong-bondong kita meminang para bidadari di surga yang tengah menunggu pinangan kita.

No comments: