Tuesday, June 21, 2016

Aisyah - Bagian 06

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerjemah : Muhammad Rahmatullah an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016



AISYAH DI BAWAH PENDIDIKAN NUBUWAT
---


  • Sepertinya maslahat agama dan dakwah yang terbesar dari poligami ini adalah bahwa pernikahan dengan Aisyah secara dini telah membuat ratusan lelaki mendapatkan kesempatan untuk menjadi sahabat Rasulullah.
  • Nasib perempuan lebih kurang beruntung daripada kaum lelaki dalam mendapatkan anugerah persahabatan dengan Rasulullah, kecuali istri-istri beliau yang suci. 
  • Perempuan bisa melibatkan kaum lelaki dalam menikmati kebahagiaan kemudian menyebarkan kebahagiaan tersebut kepada semua perempuan di dunia. 
  • Istri-istri suci yang dinikahi Rasulullah s.a.w. dan yang paling mulia di sisi Allah semuanya adalah janda, kecuali Aisyah yang dinikahinya sejak masih kecil. 
  • Saat memasuki usia menuntut ilmu, Aisyah disinari oleh cahaya kebahagiaan di dalam rumah yang penuh berkah, yaitu rumah nubuwat dan risalah. Hal ini tentu tidak lain agar sosok Aisyah bisa menjadi pribadi yang besar, yang menjadi mercusuar, petunjuk serta sumur kebaikan dan berkah yang bisa ditimba airnya oleh kaum perempuan. 
  • Tak ada yang bisa menandingi Aisyah, baik laki-laki maupun perempuan, dalam hal kecepatan memahami, menyimpulkan dan mengingat segala sesuatu. yang tertangkap dalam benaknya. 


---

Konon, Aisyah telah mampu membaca Al-Qur'an dengan melihat (bukan dengan hafalan). 
Ilmu kedokteran diperoleh Aisyah dari utusan-utusan Arab yang datang kepada Rasulullah. Aisyah menjawab,"Wahai Urwah, saat Rasulullah sakit di akhir usianya, banyak sekali utusan bangsa Arab yang datang menjenguk beliau. Dari merekalah aku belajar bagaimana mengobati Rasulullah."

---


  • Bagi orang yang tidak tahu inti masalahnya dan tidak merenungkan secara mendalam, pertanyaan-pertanyaan Aisyah (kepada Rasulullah) kelihatan kurang sopan. Namun realitanya, jika tidak ada keberanian dari seorang perempuan seperti ini untuk bertanya kepada Rasulullah, niscaya umat Muhammad dewasa ini tidak akan mampun mengetahui hakikat kenabian. 
  • Tak diragukan lagi bahwa rumah Nabi s.a.w. merupakan sumber cahaya rabbani dan sumur anugerah nubuwat. Akan tetapi , rumah itu sama sekali tidak memiliki lentera-lentera duniawi. 


---


  • Pemikiran Timur dan Barat tentang perempuan sangat berbeda. Orang Timur beranggapan bahwa mencintai perempuan merupakan sumber aib dan bisa merusak kesucian. Tugas perempuan menurut mereka hanya terbatas pada urusan rumah tangga dan tidak boleh lebih dari itu. Sementara Orang Barat berpandangan bahwa perempuan adalah tuhan, atau sama dengan tuhan. Mereka menganggap bahwa keridaan seorang perempuan sama dengan keridhaan tuhan.
  • Sementara itu pandangan Islam terhadap perempuan berbeda dari kedua pandangan di atas. Islam mengambil posisi di antara keduanya dan tidak berlebihan. Islam tidak memposisikan perempuan sebagai tuhan, pun tidak menganggapnya sebagai benda nista atau penghambat jalan kehidupan. Dalam hal ini Islam telah memberikan pengertian yang baik tentang perempuan : "Perempuan adalah sarana untuk mendapatkan ketenangan dan pelindung untuk mewujudkan ketenteraman bagi umat manusia di muka bumi ini." Perhatikan pada al-Qur'an Ar-Rum :21.
  • Tak ada yang pernah mengeruhkan kejernihan hubungan Aisyah dengan Rasulullah sepanjang hidupnya kecuali ketika peristiwa ila' (sumpah Nabi untuk tidak menggauli istrinya).


---


  • Nabi s.a.w. membagi jatah giliran di antara istri-istrinya dengan adil. beliau berkata, "Ya Allah, ini adalah pembagianku atas apa yang kumiliki. Janganlah Engkau mencelaku atas apa yang Engkau miliki dan tidak kumiliki." Maksudnya adalah cinta Aisyah. 
  • Sabda Rasulullah s.a.w., "Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara : hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah perempuan yang beragama, niscaya engkau akan beruntung."
  • Para Ummul Mukminin sendiri mengakui kedudukan dan posisi Aisyah di hati Rasulullah -kendati mereka didera cemburu-, sebab cinta yang tampak dari penjagaan Aisyah terhadap rahasia-rahasia Nabi s.a.w. sangat kuat dan dalam. Juga tak adala yang mempergauli Rasulullah lahir dan batin melebihi Aisyah.


---

Dalam riwayat lain Aisyah berkata, "Rasulullah s.a.w tengah mengobrol bersama kami. Namun jika waktu shalat telah tiba, beliau seakan tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau." (tentang menyegerakan shalat).

---

Dalam riwayat Ahmad, Aisyah berkata, "Jika Nabi s.a.w menyebut nama Khadijah, beliau selalu memujinya dengan sebaik-baik pujian." Aisyah melanjutkan, "Suatu hari aku pernah merasa cemburu terhadapnya. AKu berkata, 'Betapa sering anda menyebut namanya hingga ujung bibir anda memerah. Padahal Allah telah menggantikannya untuk anda dengan yang lebih baik.' Rasulullah pun menjawab, 'Allah tidak menggantikannya untukku dengan yang lebih baik. Ia beriman kepadaku saat orang-orang kafir menentangku, ia mempercayaiku saat orang-orang mendustaiku, ia memberikan seluruh hartanya saat orang-orang menahannya dariku. Allah telah menganugerahiku anaknya saat perempuan lain tidak memberiku keturunan'."

---

Aisyah menuturkan, "Aku memasang bantal yang di dalamnya terdapat lukisan-lukisan. Tatkala Rasulullah melihatnya, beliau hanya berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk. Kulihat ada kebencian di wajahnya. Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya, apa dosaku?" Beliau bertanya, "Ada apa dengan batal ini?" Aku menjawab, "Aku membeli bantal ini agar anda bisa duduk dan merebahkan diri di atasnya." Kemudian Rasulullah bersabda, "Orang-orang yang memiliki lukisan-lukisan ini akan disiksa pada Hari Kiamat, kepada mereka dikatakan, 'Hidupkanlah apa yang kalian lukis'." Beliau melanjutkan, "Rumah yang ada lukisannya tidak akan dimasuki malaikat."

--- 


  • Islam merupakan agama yang menggabungkan antara dunia dan akhirat. Hal-hal yang berkenaan dengan hakikat kesejahteraan dan kebaikan disebutkan tidak lain karena hal tersebut sesuai dengan fitrah dan karakter asli manusia. 
  • Ummul Mukminin Aisyah berkata, "Setiap hendak masuk ke dalam rumah, Rasulullah berhenti sejenak dan mengucapkan hadis qudsi ini, "Jika seorang anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta, niscaya dia menghendaki lembah yang ketiga, padahal mulutnya akan penuh berisi tanah. Dan Kami tidak menciptakan harta benda kecuali untuk melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Allah akan memberi taubat siapa saja yang bertaubat."


---


  • Aisyah menuturkan, "Rasulullah melarang kami lima hal : memakai sutra dan emas, minum di cangkir perak dan emas, berbantal warna merah, dan mengenakan pakaian yang buruk." Kemudian Aisyah bertanya kepada Nabi s.a.w., "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan sesuatu yang tipis, terbuat dari emas untuk menyimpan misk (minyak wangi)?" Beliau menjawab, "Tidak, buatlah tutupnya berwarna keperakan dan kekuning-kuningan dengan campuran za'faran."



  • Suatu ketika, Nabi s.a.w. dihadiahi daging biawak, tetapi tidak mau menyantapnya. Aisyah lalu berkata, "Tidakkah lebih baik kita berikan kepada kaum miskin?" Beliau menjawab, "Jangan memberi mereka makanan yang tidak kalian makan."

  

Thursday, June 16, 2016

Aisyah - Bagian 05

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerjemah : Muhammad Rahmatullah an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016



PERNIKAHAN YANG PENUH BERKAH
---


  • Khadijah adalah orang pertama di muka bumi ini yang beriman kepada Rasulullah s.a.w. dan memeluk agama Islam. 
  • Abu Bakar bertanya pada Khaulah, "Apakah pantas bagi Beliau mengingat Aisyah adalah anak dari saudaranya?" Khaulah kembali mendatangi Nabi s.a.w. dan mengulangi perkataan Abu Bakar. Beliau berkata, "Kembalilah dan katakan kepada Abu Bakar bahwa dia adalah saudaraku seagama, dan Aisyah halal bagiku." Setelah memahami masalahnya, Abu Bakar pun menerima pinangan Rasulullah. 
  • Dalam sahih-nya, Bukhari meriwayatkan Aisyah r.a., katanya, "Rasulullah s.a.w. bersabda,'Engkau telah ditampakkan kepadaku dua kali sebelum kunikahi. Aku melihat malaikan membawamu dengan diselimuti sehelai sutra. Kukatakan kepadanya, 'Bukalah.' Malaikat itu membukanya, dan ternyata itu adalah engkau. Kemudian aku berkata, 'Jika ini dari Allah, maka Dia akan memastikannya.' Kemudian aku melihat malaikat membawamu di balik sutra, aku berkata padanya, 'Bukalah'. Dia pun membukanya dan ternyata itu adalah engkau. Aku berkata, 'Jika itu dari Allah, maka Dia akan memastikannya'."
  • Aisyah menikah tatkala berumur 6 tahun. Bahasa Inggris mengistilahkannya precocious (pertumbuhan dini atau kematangan dini).
  • Riwayat lain dari Ibnu Sa'ad menyatakan bahwa Aisyah berkata, "Maskawin Rasulullah adalah 12 oka dan 1 nasy, yaitu setara dengan 5 dirham."
  • Riwayat lain mengatakan, "Rasulullah menikahi Aisyah pada tahun yang sama dengan meninggalnya Khadijah." Pendapat inilah yang dipilih oleh para peneliti dan dikuatkan oleh mayoritas riwayat yang sahih. 
  • Secara historis telah diketahui bahwa kaum Muslimin berhijrah dari Mekah dua kali. Hijrah pertama adalah ke negeri Habasyah, dan hijrah kedua adalah menuju ke Madinah. 
  • Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang menghalangi anda untuk tinggal serumah dengan keluargamu (Aisyah)? Beliau menjawab, "Mahar." Akhirnya Abu Bakar memberikan beliau 12 oka (auqiyah) dan 1 nasy. Beliau pun memberikannya kepada Aisyah.

Di antara keutamanaan pernikahan Aisyah ini adalah bahwa prosesinya betul betul menghapuskan upacara dan tradisi yang tidak islami serta adat yang jauh dari tuntunan agama, yang saat itu telah mengakar di masyarakat Arab. 

1. Mereka mengira bahwa persahabatan dan persaudaraan setara dengan kekerabatan, sehingga terlarang untuk saling menikahi. 

2. Traddisi masyarakat Arab tidak membolehkan melakukan pernikahan pada bulan Syawal.

3. Di antara tradisi yang juga beredar di masyarakat Arab adalah menyalakan api di depan pengantin, dan suami tidak boleh menggauli istrinya untuk pertama kalinya kecuali di atas tandu atau kendaraan. 

Aisyah - Bagian 04

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerjemah : Muhammad Rahmatullah an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016

PENDAHULUAN
---



  • Namanya yang dikenal oleh khalayak ramai adalah Aisyah, gelarnya ash-Shiddiqah, sering dipanggil Ummul Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang dia juga dijuluki Humaira. Namun Rasulullah s.a.w. sering memanggilnya Binti ash-Shiddiq. 
  • Sejarah yang paling benar tentang kelahiran Aisyah adalah bulan Syawal tahun ke-9 sebelum Hijrah, bertepatan dengan Bulan Juli tahun 614 M, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. 
  • Aisyah berkata, "Aku tidak mengenal kedua orang tuaku, kecuali mereka semua telah memeluk satu agama."
  • Aisyah berkata, "Ada satu ayat yang turun kepada Muhammad s.a.w. di Mekah ketika aku masih kecil dan sedang bermain-main, yaitu ayat :
  • "Sebenarnya Hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (QS. Al-Qamar:46)


Aisyah - Bagian 03

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerjemah : Muhammad Rahmatullah an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016


PENGANTAR BUKU SIRAH AISYAH R.A.
---


  • An-Nadawi memulai penulisan buku ini saat masih sebagai mahasiswa Darul Ulum Nadwah al-Ulama di Lucknow, India. Rencana penulisan buku ini dimulai sejak tahun 1906. 
  • Putri Bopal (Sultan Jihan Bicam) juga sangat peduli terhadap buku ini. Dia meminta an-Nadawi untuk segera menyelesaikannya. An-Nadawi menuruti permintaan sang putri , hingga berhasil menerbitkan buku ilmiah yang sangat berharga ini sebagai aset peradaban kuno dengan gaya modern dan menarik, dengan menggunakan metode ilmiah yang kokoh. 
  • Perempuan memiliki pengaruh dan peran yang besar dalam mengarahkan serta menghapuskan tradisi dan adat istiadat yang tidak islami di tengah masyarakatnya.

Aisyah - Bagian 02

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016

RIWAYAT SINGKAT SULAIMAN AN-NADAWI
---



  • An-Nadawi merupakan salah satu anggota keluarga Husaini yang terkenal dengan ketakwaan dan ilmunya.
  • An-Nadawi lahir di sebuah desa bernama Desna di wilayah Bihar, India, pada hari Jumat, 7 Shafar 1302 H, bertepatan dengan tanggal 22 November 1884 M.
  • An-nadawi tumbuh dan hidup berlandaskan akidah yang jernih dan tidak tercampur dengan bid'ah dan khurafat. 
  • An-Nadawi sangat gandrung dengan aspek sastra dan sejarah yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Bukti kecakapannya dalam hal ini adalah bukunya yang berjudul Ardh Al-Qur'an dan berjilid-jilid buku Sirah an-Nabi s.a.w., khususnya jilid keempat dan kelima yang membahas masalah amanat kenabian, akidah, ibadah dan akhlak, ditinjau dari sudut yang kontemporer dengan studi komparatif.
  • An-Nadawi banyak mematahkan argumen kelompok pengingkar sunah dan membongkar kebohongan-kebohongan mereka dalam banyak bukunya. 
  • Dalam karya-karyanya, dia mengikuti metode salaf yang menyatakan bahwa sumber utama syariat Islam adalah al-Qur'an dan sunah. Setiap pendapat yang bertentangan dengan al-Qur'an dan sunah harus ditentang dan dipatahkan. 
  • Kita lihat, dia tumbuh dan berkembang mengikuti mahzhab Abu hanifah tetapi di bidang fikih tetap membebaskan diri dan pemikirannya dari bayang-bayang taklid dan mazhab, serta fanatisme buta terhadap suatu pendapat ulama tertentu. 
  • An-Nadawi melihat perlunya kodifikasi ulang fikih Islam modern, karena zaman dan realitas kehidupan telah berkembang, dan persoalan semakin banyak dan bervariasi. 
  • Anda akan jarang menemukan syair-syair dalam karyanya. Dia tidak ingin mempermainkan perasaan para pembaca dengan syair-syair tersebut. Dia selalu mengerahkan segenap upayanya untuk mencari, meneliti dan melakukan kritik. 
  • Seluruh dunia takluk di bawah kepemimpinannya dalam hal sejarah dan penulisan buku sirah. Akan tetapi, sangat sedikit orang yang tahu kepiawaiannya dalam hal sastra, syair dan kritik. 
  • An-Nadawi yakin sekali bahwa bahasa Arab memiliki peran yang sangat urgen untuk mempersatukan kaum muslimin. 
  • An-Nadawi memiliki sekumpulan syair berbahasa Arab yang sangat indah. Syair-syair ini menunjukkan betapa lembut perasaannya dan betapa tinggi imajinasinya. Dia juga sangat mencintai kemuliaan dan hikmah. 
  • An-Nadawi wafat di Pakistan pada 1 Rabi'ul Akhir 1373 H, yang bertepatan dengan tanggal 22 November 1953 M. 


Aisyah - Bagian 01

Judul Buku : Aisyah, Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu'minin 'Aisyah R.A.
Penulis : Sulaiman an-Nadawi
Penerbit : Qisthi Press
Tahun Terbit : Cetakan Ke-5 - Januari 2016


PENGANTAR PENERJEMAH BAHASA URDU---
  • Penulis tidak akan pernah berhenti takjub dengan kemampuan intelektual Aisyah dalam semua bidang ilmu, bahkan sebelum usianya mencapai 18 tahun.
  • Kita tidak pernah menemukan seorang lelaki atau perempuan dalam sejarah umat manusia yang menyamai kedudukan dan kecerdasan Ummul Mukminin yang satu ini. Karena kedudukan dan keutamaannya inilah, maka Aisyah menjadi sosok yang kehidupan dan sirahnya layak untuk dipelajari, keistimewaan pribadinya layak untuk ditonjolkan, dan peran serta fungsinya bagi umat Islam sangat layak untuk selalu dikenang. Bahkan penghormatan semacam ini seolah menjadi hutang yang melilit leher umat Islam yang harus ditunaikan. 
  • Buku Syaikh an-Nadawi ini, menurut pendapat saya, bak sebuah ensiklopedi tentang budaya dan peradaban pada zaman Ummul Mukminin. 
  • Kebutuhan untuk menerjemahkan turats ilmu dan harta berharga ini ke berbagai bahasa di dunia sangat mendesak. Utamanya ke dalam bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an dan sunnah, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh khalayak, dan kebaikannya bisa menyebar ke seluruh umat.
Nama penerjemah : Muhammad Rahmatullah an-Nadawi
Tahun pengantar : 2002 M / 1423 H