Monday, April 26, 2010

Dahsyatnya Kekuatan Iman dan Menjaga Ibadah


Judul Buku        : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
                                       -Inspired by True Stories-
Penulis Buku     : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit               : Kuwais


“Boleh Kami Numpang Shalat di Sini?”
-    Agama baginya bukan hanya di masjid dan dinikmati sendiri. Namun, agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesame sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.
-    Terkadang untuk menyampaikan kebenaran tidak perlu dengan ceramah dan retorika. Tutur kata yang santun dan perilaku mengesankan dapat membuat seseorang simpati lalu jatuh hati.
-    Terkadang bila ibadah sudah terwujud dalam akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!

“Kemana Aku Jual Rolex Ini?”
-    Ia berpasrah diri kepada Allah.Dia sampaikan kegalauan dan kepanikannya. Maka tawakal kepada-Nya pada waktu sulit adalah penenang jiwa ketika panik. Pelita hati dalam kegelapan hidup. Berpeganglah terus pada tali-Nya. Sungguh beruntung mereka yang bersandar hanya kepada Allah Ash-Shamad.
-    Tetaplah tersenyum di kala sempit. Percayalah, Allah Swt. tidak akan pergi meninggalkanmu. Jangan pernah takut saat hati resah. Kini sampaikanlah gundahmu hanya kepada Allah! Sungguh Dia amat Mendengar keluh seorang hamba-Nya.

“Rezeki itu Datang”
-    Betapa banyak setiap pagi hari di belahan bumi manapun di dapati wajah-wajah penuh ketegangan dan kepanikan yang memancarkan rona khawatir dalam mengais rezeki di pagi hari. Seolah mereka tiada memiliki Tuhan yang Maha Kaya Yang Mampu Menjamin rezeki setiap hamba-Nya.  Dialah Allah, Ar-Razzaq, Sang Pemberi Rezeki.
-    Tetap saja bekerja adalah sebuah prasyarat mulia untuk mendapatkan nafkah, dan para nabi manusia terhormat pun tetap melakukannya. Namun tekanan yang terpenting dalam mencari rezeki dan nafkah adalah ketaatan kepada Allah Sang Pemberi Rezeki.
-    “Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” (Shahih Jami’ Ash-Shaghir, no: 1630).

“Saya yang Akan Menanggung Beban”
-    “Benar, rezeki itu sudah diatur oleh Allah, tapi rezeki bisa ditambahkan bila kita gemar bersedekah. Perluaslah rezeki itu dengan memudahkan jalan orang.”

“Taubat dan Istighfar untuk Dosa 200 x Zina” 
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Az-Zumar [39]:53)
-    “Tentu, kesempatan bertaubat akan selalu terbuka untuknya. Kedua tangan Allah Swt. akan selalu terbentang di waktu malam, agar orang yang berdosa di waktu siang sempat bertaubat. Kedua tangan-Nya pun akan selalu terbuka di waktu siang, agar orang yang berdosa di waktu malam sempat untuk bertaubat.”
-    Anas bin Malik berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Allah Swt. berkata, ‘ Wahai anak manusia, selama engkau berdoa kepada-Ku dan mengharapkan ampunan-Ku, Aku ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan Aku tidak perduli. Wahai anak manusia, seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni dosa-dosamu, dan Aku tidak perduli. Wahai manusia, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.’ “ (HR. At-Tirmidzi).

“Menjaga Ibadah”
-    “Mohon maaf Pak, bukannya menolak, namun guru saya pernah mengajarkan bahwa shalat sunnah Fajar itu lebih mahal daripada dunia beserta isinya!”
-    “Dua rakaat Fajar (qabliyah Shubuh) lebih baik daripada dunia beserta isinya.” (HR. Muslim).

“Jangan Pernah Mengeluh, Pertolongan Allah Pasti Datang!”
-    “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah [2]:214).

“Perbanyak Sujud”
-    Ia belajar menata hati dan kehidupan. Alhamdulillah! Ia tersadar dalam kesendirian. Ia sudah mulai shalat dengan khusyuk kepada Allah. Meski kedua kakinya sudah tidak ada, ia melakukannya sambil duduk di atas sajadah. Hal yang paling mengharukan setiap mata yang memandang adalah saat ketika Suci membenamkan keningnya di atas sajadah lamaaa sekali! Seolah ia berdialog dengan Allah Swt. dan mengakui segala dosa yang pernah ia lakukan.

“Memberi yang Terbaik untuk Allah”
-    “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna di sisi Allah), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali ‘Imran [3]:92)
-    Semangat dalam berkurban adalah memberikan yang terbaik kepada Allah Swt., maka dalam bertaqarrub kepada Allah Swt. pun selayaknya manusia memberikan dal terbaik kepada Allah Swt., maka Allah Swt. pun akan memberikan hal terbaik juga kepadanya. Dan itu pasti!

“Flu Arab”
-    Kedua kakinya telah tiada namun seolah hal itu bukanlah halangan baginya untuk hadir ke Nasjidil Haram demi panggilan Tuhannya.
-    “Rupanya selama ini yang sakit bukanlah fisik saya, yang sakit parah ternyata saya sadari adalah hati saya. Saya berjanji kepada Allah Swt. sejak saat itu untuk tidak meninggalkan shalat berjamaah selagi saya tidak udzur (berhalangan),” jelas Kusuma.

"Keajaiban Doa dan Syukur"

Judul Buku      : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
-Inspired by True Stories-
Penulis Buku   : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit             : Kuwais

“ 10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur “
- “ Bu, aku memberi tambahan sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaaang sekali ia berdoa!”
- “Bu, aku malu kepada Allah. Dia hanya menerima 20 ribu tapi begitu bersyukurnya kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah ida yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah?”

“ Nilai Segelas Air “
- “ Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (Al-Anbiya’ [21]:30)
- Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As-Samak berujar, “Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak mendapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan dan mengeluarkannya?”
- Mendengar jawaban dari sang Khalifah, maka Ibnu As-Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, “O…, kalau begitu seluruh harta yang Tuan Khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!”
- Di bulan Ramadhan, segala nikmat menjadi indah terasa, demikian juga nikmat seteguk air. Alangkah bagusnya bila ini terus berlangsung sepanjang masa.

“ Sop Kambing atau Gulai ?”
- Bambang selalu berkeyakinan, “Berapa pun besaran rezeki yang Allah berikan asal pintar mensyukurinya, pasti Allah akan memberikan tambahan keberkahan seperti yang selalu dijanjikan.”
- Sepasang suami istri itu sepakat menginginkan gulai kambing dalam suasana dingin di bawah guyuran hujan. Keinginan itu laksana doa dari mereka. Dalam ketiadaan materi mereka hanya bisa berharap dan berkhayal.

“ Allah Maha Mampu Menghadirkan Kita Semua di Rumah-Nya “
- Hari itu dalam sela-sela doa Dhuha yang ia hapal. Tiba-tiba keinginan untuk berhaji menggoda hatinya untuk meminta kepada Allah Azza wa Jalla.
- “Âtini Mâ Âtaita Ibâdaka As-Shâlihin” : “Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”

“ Menjadi Hamba Allah Sebenarnya “
- “Lalu bagaimana biaya bulanan itu ditutupi?” Kejar saya. “Kan ada Allah!!” Jawab beliau singkat.
- Inilah para hamba Allah yang sebenarnya, yaitu manusia-manusia shalih yang mengabdikan diri menjadi hamba Allah sesungguhnya, dan mereka semua menjadikan Allah Swt. menjadi Tuhan mereka yang sebenarnya.
- “ Ya Allah, sungguh waktu Dhuha ini adalah milik-Mu. Berikan kepadaku karunia yang pernah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”

“ BMW Seri 5 dengan 27 Juta “
- Bambang menukas dengan enteng, “Kan gak ada yang gak mungkin kalau Allah sudah berkehendak!” // “Tapi kan sampeyan harus ukur kemampuan diri. Kalau mimpi mbok ya jangan tinggi-tinggi, nanti kalau tak tercapai jatuhnya sakit!!”” Ejek sang adik ipar.
- Hatinya terluka oleh ucapan sang adik iparnya. “Boleh dia menghinaku karena tidak mampu karena profesiku sebagai dosen,, tapi urusan rezeki, Allah Maha Kaya!” Gumamnya. “Ya Allah, hamba merasa terhina, tunjukkanlah kekuasaan-Mu bahwa Engkau amat mampu menghadirkan mobil seperti itu untukku!” Doa Bambang membatin.
- Rasulullah saw. bersabda, “Tiga macam doa yang tidak akan tertolak, doanya orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang teraniaya. Allah akan angkat doanya dan Allah berfirman, ‘Aku memberi pertolongan kepadamu.’” (HR. At-Tirmidzi)

"Ternyata Umat Islam itu Kaya"


Judul Buku            : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
                                      -Inspired by True Stories-
Penulis Buku         : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit                  : Kuwais
Bab                            : Keajaiban Doa dan Syukur

“ Ternyata Umat Islam itu Kaya! “

            Seorang sahabat bernama Andi, -bukan nama asli-, berkisah bahwa ia pernah bekerja di sebuah perusahaan Yahudi. Ia sudah menjadi manusia yang kaya raya di usianya yang belum lagi mencapai 40 tahun. Lebih dari 200 negara sudah ia sambangi. Semua itu dilakukan demi mencari kekayaan dunia untuknya, dan untuk perusahaan yang dimiliki orang Yahudi.
            Dia bertutur betapa satu sen pun harus dikejar dalam bisnisnya. Kerugian meski hanya satu dolar akan membuat pemilik usaha menjadi panik. Apalagi model krisis global seperti saat ini.
            Selalu mencari harta. Mengejar kekayaan dunia. Takut miskin. Itulah yang tertanam dalam benaknya!
            Namun dalam sebuah tugasnya di Maroko, Afrika Utara, Andi ini singgah di sebuah perkampungan muslim yang sederhana lagi bersahaja. Sebagai seorang muslim, kehadirannya di kampung itu disambut dengan baik oleh muslim disana.
            Andi dijamu makan dan makanan untuk disantap pun sudah tersaji di hadapan. Namun tidak seorang pun mulai menyantap makanan dan Andi pun belum lagi dipersilakan. Hingga seseorang datang ke dalam ruang  makan lalu menyampaikan berita kepada tuan rumah dalam bahasa Arab. Usai itu, Andi diberitahu oleh tuan rumah bahwa warga kampung muslim tersebut tidak akan pernah menyantap makanan, selagi mereka belum merasa yakin bahwa yang di luar sana tidak ada seorang pun yang kelaparan. Warga di dusun tersebut saling berbagi makanan antara satu rumah dengan yang lain. Dan orang yang datang sebelum santap makanan tadi, adalah pembawa kabar bagi tuan rumah yang menyampaikan bahwa ia sudah membagi makanan bagi penduduk kampung yang belum mendapat makanan.
            Malam itu Andi mendapat pelajaran berharga bahwa berbagi kepada sesama akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Penduduk desa ini mayoritas adalah penduduk miskin, namun mereka berbahagia dengan cara berbagi kepada sesama. Inilah pelajaran yang jauh lebih berbeda dari apa yang Andi dapatkan di perusahaan tempat ia bekerja.
            Usai dari Maroko, ia ditugaskan untuk terbang ke Cairo, Mesir. Perjalanan bisnis malam itu membawa dirinya untuk menyewa sebuah taksi di sana. Taksi di kota Seribu Menara itu dimiliki oleh perorangan, dan kebanyakan armadanya sudah jelek dan bobrok.
            Malam itu, Andi membuka pembicaraan dengan sopir taksi Mesir demi memecah kebekuan. “Berapa uang yang kau hasilkan dalam sehari dengan membawa taksi seperti ini?” Andi melempar tanya kepada sopir taksi.
            Di benaknya Andi akan membayangkan betapa jauh penghasilan yang akan disebutkan oleh sopir taksi ini dibandingkan penghasilan yang ia dapatkan di perusahaan Yahudi terkenal. “Aku tak membawa taksi ini seharian!” Jawab sopir itu dengan bahasa Inggris sekenanya.
            “Apakah kamu punya pekerjaan lain di luar sana?” Kejar Andi.
            “Alhamdulillah, aku punya dua pekerjaan yang diberi Allah untukku. Dan pagi hari sampai sore aku bekerja di restoran, malam harinya aku menjadi sopir taksi!” Sahut sang sopir.
            “Apakah hidup di Mesir sudah sedemikian sulit sehingga engkau bekerja double dan mencari nafkah sampai malam?” Tanya Andi lagi.
            “ Tidak, hidup di negeri ini sangat nikmat sekali! Dari pagi hingga sore aku mencari nafkah untuk diriku dan keluarga dan itu itu cukup untuk kami.” Jelas sang sopir.
            “Lalu mengapa engkau menjadi sopir taksi?” Kejar Andi.
            “Saudaraku, hidup ini hanya sekali. Dan aku ingin hidup yang cuma sekali ini berarti bekalku setelah mati. Maka sudah beberapa lama ini aku membawa taksi agar aku bisa mencari tambahan penghasilan dan kemudian aku sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan,” jelas sang sopir.
            DEG! Kalimat itu terasa bagai kilat menyambar di hati Andi. Betapa hebat niat sopir taksi itu, gumamnya. Tak pernah dengan kekayaan yang dimiliki, Andi bercita-cita mulia seperti itu. Tak berani ia meneruskan pembicaraan dengan sopir taksi. Dalam hati Andi bergumam bahwa seluruh harta yang ia cari rupanya belum apa-apa, dibandingkan kekayaan hati yang dimiliki penduduk muslim miskin di Maroko dan sopir taksi shalih yang ia temui di Cairo, Mesir ini.
            “ Rupanya umat Islam lah yang memiliki kekayaan yang hakiki!” Gumam Andi.
            Rasulullah saw. bersabda,
            “Siapa di antara kalian di waktu pagi ia merasa aman rumah tangganya, sehat badannya, dan mempunyai persediaan makanan untuk hari itu, maka seolah-seolah ia telah mendapatkan kebahagiaan dunia dengan semua kesempurnaannya.” (HR. At-Tirmidzi)

Tuesday, April 20, 2010

"Buah Kejujuran, Keikhlasan, & Kesabaran"

Judul Buku        : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
                                      -Inspired by True Stories-
Penulis Buku     : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit               : Kuwais


“ 2,3 Atau 3,2 Milyar ?”
-    Inilah hakikat manusia yang kaya. Ia senantiasa merasa cukup atas karunia Allah Swt., tidak berharap lebih dari apa yang diberikan.
-    Kepasrahan diri kepada Allah Swt. merupakan jalan dalam menyelesaikan semua masalah. “Tidak ada masalah yang besar, semuanya kecil di mata Allah!” Gumam Syafe’i membesarkan hati.
-    Sungguh Allah maha tahu kebutuhan hamba-Nya , bahkan seringkali anugerah-Nya jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan!

“ Bersabar Menunggu Panggilan Haji “
-    “Bu, banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah. Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah Swt. Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri, tidak perlu ke Baitullah. Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah, kita akan ditolong juga oleh Allah Yang Maha Kuasa.”
-    Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan, akan berbuah di tangan Allah Swt. menjadi balasan yang besar dan anugerah yang tiada terkira.

“ Ya Allah, Kapan Aku Mengangkat Koperku Sendiri “
-    Setiapkali mengangkat satu koper, Mamat selalu membaca basmalah dan shalawat kepada Rasulullah saw. Sudah berpuluh koper yang ia angkat, hingga rasa itu muncul di dadanya.
-    “Ya Allah, kapan saya mengangkat koperku sendiri seperti ini?” Sebenarnya yang ia maksud adalah ia begitu berharap dapat berangkat haji ke Baitullah.
-    Di dalam kendaraan Mamat masih sepat berdoa kepada Allah Swt. untuk keluarga yang ia tinggalkan : “ Ya Allah, Engkau adalah pendampingku dalam perjalanan. Engkau juga yang menggantikan aku untuk menjaga keluarga yang ditinggalkan. Amin.” (HR. Muslim)

“ Dokter, Saya Keguguran Ya?!”
-    Mungkin Allah belum memberi saya anak supaya bisa selalu mencintai-Nya.
-    “Akhirnya saya jadi malu juga selalu meminta dalam berdoa kepada Allah. Sejak saat itu saya serahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk saya, dan saya semakin bertambah cinta kepada Allah,” jelas Ibu Loli.
-    “Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin. Keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Hal demikian itu tidak akan terjadi, kecuali bagi orang yang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar. Itupun, juga merupakan kebaikan untuknya.” (HR. Muslim)

“ Ikhlas dalam Beribadah “
-    Ikhlas adalah sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh manusia selaku pelaku amal dan Allah Swt. saja. Tiada yang tahu selain mereka berdua, bahkan malaikat pencatat amal ataupun setan penggoda.

“ Ibu Gak Punya Duit, Nak!”
-    Allah Swt. yang mampu mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya. Lagipula ia sudah tidak punya tempat lagi bersandar. Ia pulangkan semua kegelisahan itu kepada sang Khalik Swt.
-    “ Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan berdiri, dengan rahmat-Mu kami memohon pertolongan. Perbaikilah segala kondisi hidup kamu. Jangan Engkau biarkan kami hanya bersandar pada diri sendiri meski hanya sekejap mata.”

Sunday, April 18, 2010

"Berkah Sedekah dan Menyantuni Anak Yatim" [02]

Judul Buku        : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
                                       -Inspired by True Stories-
Penulis Buku     : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit                : Kuwais


“ Kisah Ibu Janda yang Bersedekah Rp. 1 Juta “
-    Setiap kali sampai angka tersebut, selalu ada keperluan mendesal yang harus ia tutupi. Jadi, saldo di tabungan bukannya makin bertambah, yang ada selalu kurang dan berkurang. Semalam, Hastuti tak kuasa menahan gundahnya. Ia laporkan kegalauannya kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dalam doa dan munajat.
-    Subhanalla h, padahal baru semalam ibu berdoa mengadu kepada Allah kepingin berhaji, tapi ibu malu mau cerita kepada kalian semua. Takut ngerepotin. Eh, kok malah pagi-pagi kalian sema sudah nganterin duit sebanyak itu.
-    “ Sungguh dalam setiap kesulitan ada kemudahan. Sungguh dalam setiap kesulitan, ada kemudahan!” (Al-Insyirah [94]:5-6)

“ Sedekah Ini Bukan untuk Menebus Ibu “
-    Ia belum tahu harus berbuat apa. Pikiran yang kalut tak mampu mencari celah jawaban. Namun saat ia tengah merunduk, ia dapati seorang anak kecil hitam tak berlengan sedang memelas iba kepadanya, “Haji, haji, sabilillah!” Kalimat itu biasa ia dengar di kota Mekkah dan Madinah yang berarti minta sedekah.
-    “ Ya Allah, dengan sedekah ini aku berharap pertolongan-Mu. Sedekah ini bukan untuk menebus ibu yang telah membesarkan aku!”
-    Dari Abu Darda uwaimar ra. Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Carilah aku di tengah orang-orang lemah. Sebab kalian bisa hidup menang dan berlimpah rezeki karena doa orang-orang dhuafa (lemah) di tengah kalian.” (HR. Abu Daud)
-    Sungguh, Anda dapat beruntung keluar dari masalah karena pertolongan yang Anda ulurkan lewat tangan Anda sendiri!

“ Sedekah Ngutang “
-    Malam itu juga ada seorang yang bernama Arif yang berkomitmen untuk menyumbang seluruh lantai keramik yang diperlukan mushalla. Itulah yang ia janjikan kepada Pak RT dan seluruh peserta rapat. Sengaja ia menyumbang lantai keramik, sebab ia beranggapan bahwa setiap orang akan menggunakannya untuk berdiri dan sujud oleh karena itu akan mendapat pahala yang lebih banyak dari material bangunan lainnya. Setidaknya itulah anggapannya!
-    Ia telah menuai pertolongan Allah Swt. untuk pembelian mobil, namun apa yang ia sumbangkan untuk rumah-Nya dengan cara berhutang rupanya tidak dianggap demikian oleh Allah Swt.

“ Aku ingin Bersedekah “
-    “Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt. menyembuhkan penyakitku, Pak!”
-    “Sembuhkanlah penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan zakat.” (HR. Baihaqi)

“ Tolong Beli Handuk Ini “
-    Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ Sedekah akan jatuh di tangan Allah, sebelum sedekah itu diterima oleh tangan peminta. “ (Al-Hadits)
-    “Tapi tadi malam saya sudah gak kuat mendengar jerit anak-anak saya kelaparan. Tolong beli handuk ini, Pak! Saya gak mau mengemis, saya juga gak berani ngutang. Tolong ya Pak!”
-    Betapa pertolongan Allah amat cepat mendahului bantuan yang diberikan seorang hamba untuk saudaranya!

"Berkah Sedekah dan Menyantuni Anak Yatim" [01]

Judul Buku        : Cahaya Langit, Hidup Tak Selamanya Hitam
                                     -Inspired by True Stories-
Penulis Buku     : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
Penerbit                : Kuwais


“ 2 Jam, 2 Kali Lipat “
-    “Ma, ingat tidak,, dua jam lalu aku memintamu mentransfer uang satu setengah juta ke rekening Arif. Subhanallah, dalam tempo dua jam, Allah langsung membalas dua kali lipat dari sedekah kita!!!”
-    Perniagaan di Jalan Allah sedikitpun tidak mendatangkan kerugian, akan tetapi malah bertambah, bertambah, bertambah, dan bertambah!

“ 40 Juta untuk Orang Tua Berhaji “
-    “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.” (Al-Ankabut [29]:8)
-    Tidak ada yang sia-sia saat kita melakukan kebaikan. Energi kebaikan itu akan kembali kepada pemiliknya. Bahkan ia bisa kembali menjadi besar hingga menggunung dan mengejutkan pemilik kebaikan itu. Apalagi bila kebaikan itu ditunaikan kepada orang tua yang begitu berjasa atas kehidupan kita? Bukankah Allah akan ridha bila orang tua meridhai kita?

“ Pantat Low Bed “
-    Allah Swt. tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa untuk membalas kebaikan setiap hamba-Nya.
-    Berbagi di jalan Allah akan mendatangkan balasan berlipat ganda. 40 juta rupiah yang mereka bagikan, hanya dalam hitungan hari dibalas menjadi 165  juta.

“ Sebuah Taman Surga Bernama Pondok Rizki di Serpong, Tangerang “
-    Segala puji bagi Allah Swt. yang memudahkan dan melapangkan hati hamba-Nya untuk berjuang dan berkorban di jalan-Nya.
-    Subhanallah, pembangunan berjalan lancar dan tempat itu kini sudah dipakai untuk belajar dan beribadah. Argo meteran pahala pun sudah berputar dari Allah Swt. untuk mereka.
-    Semua karyawan yang bekerja di sana adalah anak-anak yatim asuhan ibunda. Ini pun menjadi penambah keberkahan rumah makan tersebut, sebab ibunda dan keluarga telah memberdayakan mereka.
-    “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu..” (Muhammad [47]:7)

“ Sun Glasses Seharga Kapal Tanker “
-    Dalam keterpurukan itu, Itang memilih untuk hidup lebih dekat kepada Allah Swt. Hingga suatu malam, dalam tahajudnya, Allah memberinya perasaan damai, sehingga ia begitu rindu menunggu pagi. Usai melaksanakan shalat Shubuh, ia langsung mengenakan pakaian dan kemudian berangkat ke suatu tempat di daerah Lapangan Banteng, Jakarta.
-    “ Saya baru sadari bahwa bisnis yang saya miliki kini rupanya tiada lain adalah balasan Allah atas kacamata Mont Blanc hijau yang pernah saya berikan kepada seseorang di Mekkah dulu!”

“ Infaq : Perniagaan yang Tiada Merugi “
-    “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi. “ (Fathir [35]:29)
-    “ Pak Ustadz, sama seperti pengusaha lain, saya merintis ini denga jatuh bangun. Namun sejak saya bertekad untuk menaikkan zakat saya hingga 5% dari penghasilan, subhanallah, Allah berkenan memberikan rezeki yang melimpah kepada saya, keluarga dan semua orang yang terlibat dalam usaha ini.” Ia menambahkan, “Saya amat percaya semakin banyak kita membantu Allah, Dia pun akan lebih banyak lagi akan memberi balasannya kepada kita. Dan itu telah kami rasakan kebenarannya!”
-    Para karyawannya yang berjumlah ratusan, tidak ia rumahkan. Bahkan beliau tambahkan gaji mereka, sehingga membuat karyawan tersebut senang, tidak resah dengan harga bahan pokok yang menggila pada saat itu, dan akhirnya… mereka pun berdoa untuk kebaikan pemilik usaha. Subhanallah, siapa yang suka memberi, ia pasti akan diberi.
-    “Mungkin rahasianya adalah setiap kali kebun dan tanah ini memberi hasil, hanya sepertiga darinya yang aku makan. Sepertiganya lagi aku kembalikan kepada tanah ini sebagai tambahan modal. Lalu sepertiganya lagi, aku berikan kepada Allah Swt. sebagai infakku di jalan-Nya. Itulah amalan rutin yang aku kerjakan sehingga membawaku pada hasil yang sedemikian.”

Thursday, April 15, 2010

“Mengapa Enggan Bersyukur ?“

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Mengapa Enggan Bersyukur ? “

-    Rasulullah saw. juga pernah melakukan qiyamul lail hingga kedua kakinya bengkak. Para sahabat bertanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan kemudian?” Beliau menjawab, “Tidak layakkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”

-    Syukur dengan lidah merupakan pengakuan atas anugerah dalam derajat kepasrahan, lidahnya tidak pernah lepas berzikir, tak pernah lepas beristigfar. Sedangkan syukurnya tubuh dan anggota-anggota badan lainnya harus dilakukan dengan bersikap setia dan mengabdi kepada-Nya. Dan syukurnya hati haruslah dicerminkan dengan merendahkan diri ke tataran sajadah sambil terus-menerus melaksanakan penghormatan kepada-Nya.

-    Al-Harits Al-Muhasibi berkata, “Rasa syukur yang paling tinggi adalah bila engkau menganggap setiap malapetaka yang menimpa sebagai duatu nikmat karena malapetaka yang menimpa manusia yang lain lebih dahsyat dan besar dibandingkan dengan malapetaka yang menimpamu. Pada saat manusia lainnya merasa butuh sabar, engkau malah bisa bersyukur.”
 
 

“ Mebudayakan Silaturahim “

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Mebudayakan Silaturahim “

-    Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menjalin silaturahmi,” (HR Muttafaq alaihi).

-    Seorang Muslim akan memperoleh dua pahala saat dia memperlakukan keluarganya dengan baik dan hormat, satu pahala karena meneguhkan tali silaturahi dan satu pahala karena memberikan sedekah.

Allah Swt. berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros,” (QS Al-Isra [17]:26)

-    Islam bahkan mengajarkan kepada kita untuk menaruh hormat dan memberikan toleransi kepada tetangga kita yang non-Muslim sekalipun. Menghormati tetangga kita yang asing merupakan salah satu contoh toleransi yang ditekankan oleh Islam.

-    Saking pentingnya Islam memerintahkan kepada kita memelihara tali silaturahim, maka orang yang memutuskan tali silaturahim akan menerima kemurkaan dariNya, akan mengalami kesengsaraan dan bencana, dan akan dijauhkan surga bagi dirinya. Nabi saw. bersabda, “Seseorang yang memutuskan tali silaturahim tidak akan masuk surga,” (Muttafaq alaihi).

-    Nabi saw. menjawab, “Jangan karena jika kau membalas, berarti kau sama dengan mereka, bahkan hendaklah engkau cari jalan yang lebih baik dan tetap menyambung mereka, maka bantuan Allah selalu datang kepadamu sepanjang engkau berbuat demikian.”

-    Jangan lagi kita biarkan diri kita pintar berbicara tetapi sulit melangkah, jangan biarkan hati  dan pikiran kita dipenuhi dengan segudang ilmu agama yang tak pernah diamalkan.


 

“ Membentuk Keluarga Cerdas “

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Membentuk Keluarga Cerdas “

-    Islam menggambarkan awal kebahagiaan dan kesuksesan seseorang bergantung dari bagaimana mereka bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua mereka.

-    Jadi, kalau ada di antara kita yang sampai saat ini hidupnya masih saja berada dalam kesempitan, coba evaluasi kembali perjalanan hidup kita, mungkin saja kita dulu pernah menyakiti hati orang tua kita. Bergegaslah memohon maaf kepada mereka, dan ciumlah kaki mereka.

-    Seorang penyair asal Jordania, Kahlil Gibran berkata, “Anak adalah titipan yang kelak harus dipertanggungjawabkan oleh orang tua.” Karena itu, orang tua wajib mengajar dan mendidik anak-anak mereka.

-    Mendidik anak adalah amanah. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak yang lahir itu sebenarnya dilahirkan di atas fitrah. Kedua orangtuanya lah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani,” (Al Hadis).

-    Salah satu kiat mendidik anak adalah dengan cara menanamkan pentingnya akhlak sedini mungkin. Imam Ja’far Shadiq berkata, “Tanamkan kepada anak-anakmu ilmu agama sedini mungkin sebelum musuh-musuhmu mengambil mereka darimu dan menanamkan pemikiran-pemikiran yang salah dan palsu ke dalam otak mereka.”

-    Saudaraku, ternyata kunci untuk membentuk keluarga yang cerdas adalah menjadikan diri kita sebagai pribadi yang cerdas terlebih dahulu. Pribadi yang cerdas adalah menjadikan diri kita sebagai pribadi sebagaimana yang disampaikan oleh Allah Swt., “Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku,” (QS Al-Baqarah [2]:152). Dari sinilah memancarnya sakinah, ketenangan jiwa.


" Maaf itu Indah "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Maaf itu Indah “

-    Dikisahkan bahwa ketika berakhirnya Perang uhud, sebagian kaum Muslim mendapati bahwa wajah Rasulullah saw. luka dan didi beliau pecah. Mereka lalu berkata kepada Rasulullah saw., “Seharusnya Anda berdoa dan memohon supaya musuh itu binasa.” Namun Rasulullah saw. hanya menjawab, “Aku diutus bukan untuk melaknati, melainkan aku diutus sebagai dai dan pembawa rahmat. Ya, Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti.” Dalam berbagai kesempatan Nabi saw. selalu bersabda, “Barang siapa memberi maaf ketika dia mampu membalas, Allah akan mengampuni dia pada saat dia kesukaran,” (Al-Hadis).

-    Para salafus shalih acap memohon maaf terlebih dahulu saat hendak berbicara dengan seseorang, dan selalu memohon maaf dengan meminta ampun kepada Allah Swt. dengan cara beristigfar ketika hendak berkhutbah.

-    Saudaraku, di dalam kata maaf sesungguhnya terdapat dua hal yang utama, yaitu: pertama, sikap meminta maaf dan kedua, sikap memberi maaf. Orang yang bijak adalah orang yang mau mengakui kesalahan dan segera meminta maaf atas kesalahannya.

-    Marilah kita tanamkan keindahan maaf di hati kita, dengan meniru perilaku para salafus shalih yang senantiasa memberi maaf kepada sesamam, dan setiap detiknya meminta maaf (ampunan) kepada Allah Swt. Mari kita basahkan lidah untuk beristighfar, kita amalkan shalat sunah tobat setiap harinya dengan tak lupa memanjatkan istigfar yang paling mulia (sayyidul istighfar) dalam doa kita.


“ Memegang Amanah “

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Memegang Amanah “

-    Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna sesungguhnya adalah makhluk yang berani mengambil resiko untuk memikul amanah yang diberikan Allah Swt., yang di dalam Al-Qur’an disebut sebagai amanah taklif. Inilah amanah yang langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, lautan, dan pohon-pohon tidak sanggup memikulnya. 

-    Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa amanah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat di atas pernah ditawarkan Allah kepada Nabi Adam a.s. Dikatakan kepadanya, “Ambillah amanah itu dengan segala yang dikandungnya. Jika engkau taat, Aku mengampunimu, tetapi jika engkau durhaka, Aku akan mengazabmu.” Nabi Adam a.s. lalu menjawab, “Saya menerimanya dengan segala yang dikandungnya.”

-    Amanah dalam arti sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan amanah dalam arti luas ialah menyembunyikan rahasia, ikhlas dalam memberikan nasehat kepada orang yang memintanya, dan benar-benar menyampaikan sesuatu yang ditugaskan kepadanya untuk disampaikan.

-    Apabila kita dapat memegang amanah tersebut maka kita disebut sebagai amin (dapat dipercaya).

-    Bagi seorang Mukmin, amanah adalah senantiasa memegang teguh dua kalimat syahadat, melalui lisan, perilaku, lahir dan batin. Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak menunaikan amanah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw., “Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji,” (HR Ahmad).

-    Rasulullah saw. bersabda, “Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya,” (Al Hadis).


 

" Meluruskan Niat "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Meluruskan Niat “

-    Lalu Allah Swt. berfirman, “Bacalah catatan amalmu itu, dahulu kau pernah berkata, ‘Seandainya aku punya harta, pasti menunaikan ibadah haji, jihad, dan semua yang tercatat di dalamnya. Aku tahu persis bahwa niat (tujuan)-mu itu adalah sungguh-sungguh, maka pahala semua itu Aku berikan sekarang ini.”

-    Membersihkan niat artinya membersihkan hati kita dari segala sesuatu yang selain Allah. Sedangkan meluruskan niat artinya semua aktivitas kita semata-mata hanya untuk mencari keridaan Allah semata. Hal ini dimaksudkan agar dapat membersihkan akidah dan memurnikan tauhid dari segala bentuk kesyirikan.

-    Dengan membersihkan dan meluruskan niat, hati kita tak lagi bergantung kepada makhluk.

-    Dalam salah satu riwayat yang sanad-nya dari Zaid Maisarah dikatakan bahwa Allah Swt. berfirman, “Aku tidak menilai perkataan orang bijak, tetapi yang Kulihat adalah tujuan (niat)-nya, maka jika niatnya ditujukan kepada-Ku, maka Aku jadikan diamnya berarti berpikir, bicaranya sebagai zikir sekalipun dia diam (tanpa berkata-kata).”

-    Dia bahkan tidak butuh penghargaan dari manusia atas amal ibadahnya karena amalnya diam-diam. Para salafus-salih menjalani kehidupan seperti ini. Mereka saling memberi nasihat lewat tulisan (surat) kepada kawan mereka dengan tiga kalimat, yaitu : pertama, orang yang beramal untuk akhirat, pasti Allah akan mencukupi segala kebutuhan (urusan) dunianya. Kedua, orang yang niat tujuannya baik, pasti Allah menyatakan baik pula secara lahiriah, dan ketiga, orang yang memperbaiki hubungan dengan Allah, pasti Allah memperbaiki hubungannya dengan sesamanya.

" Mengutamakan Akhlak "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu


“ Mengutamakan Akhlak “

-    Di bawah kepemimpinan Rasulullah saw., yang dilanjutkan pada masa Khulafa Ar-Rasyidin, secara teoretis Islam telah menampilkan sebuah Negara Islam yang patut diteladani. Konstitusi Madinah, bersama dengan Al-Qur’an dan Sunah Muhammad, menjadi sumber untuk membangun masyarakat Islam.

-    Agaknya pertentangan antara dua aliran besar dalam Islam, Sunni dan Syiah terus terasa sampai sekarang. Perbedaan memang rahmat, tetapi nyawa mestinya tidak perlu melayang akibat perbedaan pandangan, perbedaan aliran atau mahzhab di dalam Islam.

-    Dan yang lebih parah, kita gemar membicarakan perbedaan mahzab di antara kita, tetapi lupa bahwa kita dipersamakan dalam syahadat.

-    Celakanya, ada sebagian ulama yang gemar mengeluarkan fatwa-fatwa sehingga berkembanglah persepsi yang keliru di masyarakat sehingga menentang fatwa ulama dianggap menentang ajaran Islam.

-    Kenapa kita tidak mencontoh sikap seorang guru besar dan pendiri Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna.

Suatu ketika di permulaan bulan Ramadan, beliau datang ke sebuah masjid di Mesir. Dia menemukan jamaah masjid itu sudah terbelah dua. Mereka sedang bertengkar berhadap-hadapan, dengan suara yang keras. Satu kelompok menjelaskan bahwa tarawih yang sesuai dengan sunah Rasulullah saw. adalah sebelas rakaat. Kelompok lainnya, dengan merujuk pada Hadis yang lain, menegaskan bahwa shalat tarawih dengan dua puluh tiga rakaat adalah lebih utama. Hasan Al-Banna lalu bertanya, “ Apa hukumnya shalat tarawih?” Keduanya menjawab, “Sunah!” Beliau bertanya, “Apa hukumnya bertengkar di rumah Allah dengan suara keras?” Keduanya menjawab dengan suara lirih, “Haram!” Imam bertanya, “Mengapa kalian lakukan yang haram untuk mempertahankan yang sunah?” Dengan kalimat yang lain, Imam Hasan Al-Banna menegur kaum Muslim, “Mengapa kalian mempertahankan fikih dengan meninggalkan akhlak?”

-    Kita telah terjebak dengan selalu mengutamakan fikih dan melupakan akhlak. Padahal ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasululullah, apakah agama itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhlak yang baik.”

-    Akhlak yang baik merupakan kunci kehidupan. Seorang sufi, Junaid Al-Baghdadi berkata, “Ada empat hal yang dapat mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi meskipun amal dan ilmunya sedikit: kesabaran, kesederhanaan, kemurahan hati, dan akhlak yang baik. Itulah kesempurnaan iman.”


" Meraih Cinta Ilahi "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Akhlak Penuntun Kalbu

“ Meraih Cinta Ilahi “

-    Cinta itu sebenarnya adalah milik hati, hanyahatilah yang bisa merasakannya. Setiap manusia adalah pencinta karena kita masing-masing memiliki hati.
 
-    Dan hati hanya bisa hidup jika diisi dengan cinta, tanpa cinta manusia akan kehilangan makna hidupnya.
 
-    Kita mengenal ada 3 (tiga) bentuk cinta dalam kehidupan ini. Pertama, cinta erotik. Cinta yang seperti ini hanya sebatas pada kecintaan lahiriah. Kedua, cinta simpati. Dasar cinta sudah berubah, tidak hanya tertarik pada wajah, tetapi sudah bersimpati pada keindahan dan kemurahan hatinya. Ketiga, cinta spiritual. Kita sudah mencapai tahap mencurahkan, memberi tanpa syarat, dan tak lagi merasa pedih dengan derita demi yang dicintai. Cinta seperti ini sudah jauh meninggalkan jasmani, sudah sampai pada bagian terdalam batin.
 
-    Lantas, mengapa hanya Allah yang berhak menerima cinta kita. Imam Al-Ghazali memberikan lima alasan :
1.    Manusia cenderung mencintai dirinya sendiri. Kesadaran diri yang tumbuh dari cinta itu pada gilirannya akan mengantarkan manusia pada mencintai Allah.
2.    Manusia cenderung mencintai siapa yang berbuat baik kepadanya. Jika dia sadar bahwa Allah Swt. telah berbuat baik kepada dirinya sepanjang hayatnya, maka tak ada alas an baginya untuk tidak mencintai Allah.
3.    Manusia cenderung cinta pada kebaikan seseorang, kendati kebaikan itu bukan untuk dirinya. Begitu juga dengan Tuhan sebagai sumber kebenaran, kebaikan dan keadilan, maka pantas Dia untuk dicintai daripada makhluk lainnya.
4.    Manusia cenderung cinta pad hal-hal yang indah dan bagus. Cinta kita kepada Allah bukan karena dapat melihat-Nya dengan mata kepala kita, melainkan dengan merasakan kehangatan dan cinta-Nya dengan kalbu kita.
5.    Manusia cenderung cinta dengan sesame lingkungannya. Karena Allah “sama” dengan manusia, dalam hal dimensi batiniah. Sifat-sifat Allah secara potensial dimiliki pula oleh manusia. Oleh karena itu, semakin mampu manusia mengaktualkan sifat-sifat Ilahiah dalam dirinya, maka akan semakin dekat pula dengan Allah.
 
-    Makna dari cinta Ilahi adalah cinta yang didasarkan pada kecintaa diri dan untuk Allah Swt. semata. Ia akan mengangkat pemiliknya pada derajat yang luar biasa, yang kelak pada hari ketakutan, berpasang-pasang mata akan melihatnya. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat manusia-manusia yang bukan nabi dan juga bukan syuhada, tetapi para nabi dan syuhada sendiri menginginkan keadaan seperti mereka.”
 
-    Bagaimanakah caranya kita dapat menggapai cinta kepada Allah? Sedikitnya ada 5 (lima) cara yang harus dilakukan, yaitu :
1.    Membaca Al-Qur’an setiap hari. Ibnu Mas’ud r.a. berkata, “Janganlah seseorang di antara kalian bertanya tentang cinta kepada Allah, tetapi tanyakanlah kepada dirinya tentang cintanya kepada Al-Qur’an. Jika engkau mencintai Al-Qur’an, maka engkau telah mencintai Allah, dan seberapa besar cintamu kepada Al-Qur’an, maka sebesar itu pulalah cintamu kepada Allah Swt.”
2.    Melepaskan dunia dan zuhud terhadapnya. Zuhud adalah menolak dunia, bukan membencinya, tetapi melepaskannya dari hati. Biarkan dunia ada di tangan kita, jangan sampai ke hati kita.
3.    Melaksanakan qiyamul-lail. Allah Swt. menyebut sifat hamba-Nya yang sangat mencintai-Nya sebagai berikut : “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah),” (QS Adz-Dzariyat [51]:17-18).
4.    Membiasakan diri untuk bertafakur. Di setiap saat, di mana saja, sejauh mata memandang, semuanya terdapat ayat-ayat Allah, tanda-tanda kebesaran Allah. Imam Ali bin Abi Thalib k.w. berkata, “Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun.”
5.    Senantiasa bersyukur. Syukur adalah buah dari iman. Dan, rasa syukur yang paling tinggi adalah jika kita dapat menganggap setiap musibah sebagai suatu nikmat dan setiap nikmat  adalah suatu musibah.
 
-    Berikut ini ada doa dan munajat cinta Rasulullah saw. :  
"Wahai Tuhan kami, jadikanlah cintaku kepada-Mu sebagai sesuatu yang paling aku suka, dan takutku kepada-Mu sebagai rasa yang paling dalam. Putuskanlah segala kebergantungan dunia dariku, menggantinya dengan perasaan rindu berjumpa dengan-Mu. Jika Engkau memberikan kepada ahli dunia kesejukan harta mereka, makan jadikanlah kesejukan bagiku di dalam ibadahku.”

“ Dimana Keberadaan Tuhan “

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit           : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                  : Ibadah Penghuni Langit


“ Dimana Keberadaan Tuhan “

-    Tetapi seberapa luaskah langit di atas sana sehingga mampu mewadahi Zat Allah? Jika kita mengakui Allah berada di langit, berarti kita menolak eksistensi Allah di bumi. Apa iya?

-    Jika Allah berada di dalam surga, berarti surga lebih besar dari pada Allah.  Sungguh, Islam menolak konsep Allah berdiam di surga.

-    Padahal, Islam jelas mengatakan Allah itu Esa. Berarti konsep Allah berada di hati kita tak dapat diterima. Lantas, dimanakah Allah berada?

-    Di tengah jalan mereka bertemu dengan Imam Ali bin Abi Thalib k.w. dan berkata, “Aku sudah tahu apa yang kalian tanyakan dan kamu bantah, dan sekarang aku katakana bahwa Allah Azza wa Jalla yang mengadakan ‘mana’ (tempat), karena itu ‘mana’ tidak berarti bagi-Nya. Dia sangat tinggi untuk diliputi tempat. Dia ada di segala tempat tanpa bersentuhan dan bergandengan. Dia mengetahui segala yang ada padanya. Tidak ada sesuatu pun yang lepas dari pengawasan-Nya. Dan akan kuberitahukan kepada kalian tentang yang ada di dalam salah satu kitab kalian yang membenarkan apa yang kukatakan tadi, jika kalian tahu apakah kalian akan percaya?”

-    Imam Ali meneruskan, “ Tidakkah kalian membaca dalam sebagian kita kalian bahwa Musa bin Imran a.s. suatu hari pernah duduk, tiba-tiba datang kepadanya malaikat dari arah timur, lalu Musa a.s. bertanya, ‘Darimana kamu datang?’ Malaikat menjawab, ‘Dari Allah Swt.’ kemudaian datang lagi dari arah barat, dan Musa a.s. bertanya, ‘Dari mana kamu datang?’ Malaikat menjawab, ‘Dari Allah Swt.’ Kemudian datang lagi Malaikat dari langit ke tujuh dan berkata, ‘Aku datang kepadamu dari Langit ke tujuh, dari Allah,’ dan datang pula Malaikat lain yang berkata, ‘Aku datang dari bawah bumi yang paling bawah, dari Allah.’ Lalu Musa a.s. berkata, ‘Mahasuci yang tiada tempat yang kosong dari-Nya dan tiada satu tempat yang lebih dekat kepada-Nya daripada tempat yang lain.”

-    Allah Swt. mengatakan bahwa hanya kepada-Nya semua itu akan kembali. Dan kemudian, secara sangat jelas Allah Swt. mengatakan bahwa Eksistensi-Nya meliputi segala sesuatu!
“ Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allahlah kembali (semua makhluk),” (QS An-Nur [24]:42).

“ Kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu,” (QS An-Nisa [4]:126).

-    Pertanyaan “di mana” dengan demikian hanya bisa dikenakan pada sesuatu yang berada di dalam ruang. Padahal yang terjadi pada Allah Swt. adalah sebaliknya : Ruang itulah yang berada di dalam Allah!

-    Jadi, tak usah bertanya di mana Allah Swt., tetapi tanyalah di manakah posisimu kelak saat Hari Perhitungan Tiba.


Wednesday, April 14, 2010

Indikator Kematian Hati


Quote from "Kerudung Taaj" :
"Di antara indikator kematian hati adalah : tiadanya kesedihan atas hilangnya kesempatan beramal saleh; serta tiadanya penyesalan atas kesalahan yang tejadi." Ibn Athaillah.

Tuesday, April 13, 2010

Pintu Tobat & Sakratulmaut

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit             : Hikmah (PT. Mizan Publika)
Bab                    : Ibadah Penghuni Langit

" Pintu Tobat selalu Terbuka "

- Tidak ada kata terlambat untuk bertobat dalam kamus Islam, kecuali pada saat sakratulmaut.

- Lalu malaikat Jibril berkata, "Ya, Muhammad, Allah menyampaikan pesan, 'Aku mengutus seorang hamba menghadap kepadamu. Setelah dia mengemukakan perbuatan dosa yang terlanjur dia lakukan, kamu merasa benci dan mengusirnya. Padahal, apa yang dikatakan itu barusatu bentuk perbuatan dosa saja. Lalu bagaimana keadaan orang-orang yang bersimbah dosa bila nanti mereka datang menghadap kepadamu untuk minta syafaat. Karena itu, ampunilah dosa hamba-ku itu karena Aku telah menerima taubatnya."

- Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seorang pemuda yang bertobat meniggal dunia, maka Allah mengangkat siksa dari pekuburan kaum Muslim selama 40 tahun lantaran rasa hormatnya kepada Allah."

- Tak diragukan lagi bahwa rahmat Allah selalu mendahului murka-Nya. Tetapi, itu bukan alasan bagi kita untuk lalai dan ingkar beribadah dan menyembahNya. Karena, Allah telah memperingatkan kita kepada pedihnya murka-Nya itu jika kita mengingkari perintah dan melanggar larangan-laranganNya.

" Drama Sakratulmaut "

- Kematian seringkali ditolak karena kita tak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya.

- Orang yang paham, sadar bahwa itulah tanda-tanda kita akan dijemput oleh Malaikat Maut. Lalu dia mempersiapkan bekal yang cukup untuk mengisi koper agar memperolah rahmat dan rida-Nya.

- Jika yakin bahwa Anda pasti mati, ada baiknya Anda membaca kitab-kitab yang bercerita tentang pedihnya sakratulmaut karena ia dapat memotivasi Anda melakukan perbaikan dan kebaikan.

- ita memerlukan momen dalam hidup ini untuk menghancurkan hati yang keras, untuk membiasakan jiwa agar lembut. 

Thursday, April 8, 2010

" Mengingat Kematian "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit             : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                       : Ibadah Penghuni langit

“ Mengingat Kematian “

-    Pesan pengingat mati ini telah disampaikan Rasulullah saw., “Sering-seringlah kalian mengingat pemutus segala kenikmatan.’ Sebab dialah yang pemutus tali persaudaraan, perampas anak dan cucu dari orangtuanya, sesuatu yang datang dengan membawa petaka lalu membenamkan manusia dalam lorong kegelapan. Bukankah tak ada yang kekal di dunia ini, Allah Swt.berfirman dalam Surah Ar-Rahman (55):26*27, “Dan tiap-tiap yang ada di bumi ini akan binasa. Dan yang (kekal) adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

-    Hal yang menggelikan adalah ketika ada seseorang dari mereka yang takut dengan kegelapan, lalu trauma dengan kegelapan! Padahal, rumah masa depan kita di alam barzakh adalah rumah kesunyian dan kegelapan.

-    Inilah saatnya (baca: sakratulmaut) apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw., “Kepedihan kematian setara dengan tiga ratus pukulan pedang.” Dan apa yang diucapkan oleh Nabi Musa a.s., “Sakratulmaut yaitu ibarat seekor burung yang digoreng, tetapi ia tidak mati, ia diam tetapi tidak selamat, tetapi kemudian terbang.” Lalu bagaimana dengan kita , hamba-Nya yang pundaknya berat dengan beban dosa dan tangannya berlumur maksiat ini?

-    Demikianlah manusia, ada yan g takut mati , ada pula yang bermain-main dengan maut. Tetapi tidak berlaku bagi orang-orang yang beriman, mereka justru bergembira menghadapi kematian, karena itulah saat kekasih berjumpa dengan kekasih sejati-Nya.

-    Mengingat mati tidak sekedar mengingat, seperti murid yang sedang mengingat-ingat hafalannya. Tetapi mengingat berarti mengingatkan ruh dan jasad kita akan kematian yang datangnya tanpa permisi. Mengingatkan hati kita terus menerus bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Saling mengingatkan di antara kaum muslim bahwa dunia adalah ladang amal ibadah dan amal saleh belaka.


" Dari Umrah ke Umrah "

Judul Buku       : Sebening Mata Hati
Penulis Buku   : Asfa Davy Bya (Pemimpin Redaksi Majalah Az-Zikra)
Penerbit             : Hikmah (PT. Mizan Publika)

Bab                       : Ibadah Penghuni Langit


“ Dari Umrah ke Umrah “

-    Pada suatu musim haji, Imam Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah saw. ditanya oleh salah seorang sahabatnya yang gembira dengan banyaknya jamaah haji pada tahun itu. Tetapi yang ditanya tak menunjukkan kegembiraannya, seraya berkata, “Memang banyak jamaah haji, tetapi hanya sedikit yang beribadah haji.” Beliau melanjutkan, “Justru banyak di antara jamaah haji yang hadir di sini berbentuk seperti hewan.”

-    Rasulullah saw. bersabda, “(Pelaksanaan) Umrah hingga urah yang berikutnya adalah pelebur dosa (yang dilakukan) di antara keduanya,” (HR Bukhari, Tirmidzi, dan An-Nasa’i).
-    Sampai-sampai si Fulan yang hidup kesehariannya susah menjadi cemburu, “Apa iya ,hanya orang yang berduit saja yang akan dilebur dosa-dosanya, lalu bagaimana dengan kami yang melarat ini?”

-    Saudaraku, umrah secara syar’I bermakna, berziarah ke Baitullah dengan melaksanakan tawaf di sekelilingnya, sa’I di antara Shafa dan Marwah serta mencukur rambut kepala dan memendekkannya. Umroh adalah salah satu ibadah sunah di antara sekian ibadah yang kita kenal. Pemahaman si Fulan tadi menunjukkan bahwa dia belum memahami makna ibadah secara hakiki. Padahal cukuplah bagi mereka yang tak mampu, melakukan ketaatan-ketaatan yang difardukan secara khusyuk, dengan menghadirkan hati. Seperti shalat misalnya, sudahkah shalatnya dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kalau belum, jangan berharap banyak dengan hal-hal yang sunah. Sebab, shalatnya masih sebatas pada gerak ritual belaka, nuansanya masih menggugurkan kewajiban belaka.

-    Hadis di atas janganlah hanya di artikan secara harfiah belaka, sebab jika begitu, ia hanya akan menjadi pajangan, tak mempunyai ruh sama sekali.