Judul Buku : Belahan Jiwa Muhammad Saw.
Penulis : Nurul ‘Aina
Penerbit : Arkan Publishing, 2008
(buku milik Vielma Debby)
Khadijah binti Khuwalid
- Dari pernikahan keduanya itu (baca: dengan Atiq bin Abid bin Abdullah), Khadijah dikaruniai anak perempuan bernama Hindun. Dari nama anak perempuannya inilah Khadijah biasa dipanggil Ummu Hindun (Ibnu Abbas).
- Sosok (baca : satu sosok menyerupai manusia) iru kemudia menyeru para wanita Mekah dengan keras, “Hai para wanita Bani Taima (Bani Quraisy), akan datang seorang Nabi di negerimu yang bernama Ahmad. Nabi ini akan datang membawa amanah Allah. Maka, jadilah istrinya bagi wanita-wanita yang mampu untuk itu.”
- Namun, Khadijah diam saja. Ia tidak ikut-ikutan melempari ataupun mengusir sosok tersebut. Khadijah hanya mengabaikannya.
- Sayyidah Khadijah merupakan wanita ahli dagang yang memiliki kemuliaan dan harta berlimpah. Ketika ia mendengar kabar tentang pemuda Muhammad dari sisi kebenaran ucapan, keagungan jiwa amanah, dan kemuliaan akhlaknya, maka ia mengirim utusan kepadanya dan menawari Muhammad saw. untuk pergi berniaga menjual harta dagangannya ke negeri Syam. Khadijah menawarkan gaji yang lebih besar daripada yang biasa ia berikan kepada pedagang lainnya.
- Ketika tiba di Mekkah, Muhammad saw. menyerahkan hasil perniagaannya kepada Khadijah. Majikannya itu memperoleh keuntungan dua kali lipat dari biasanya.
- Nafisah binti Munayyah (sahabat Khadijah) itu pun menyampaikan pesan Khadijah kepada Muhammad saw., “Wahai anak pamanku, sesungguhnya aku tertarik kepadamu karena kekerabatanmu, kemuliaan yang engkau miliki di kalangan kaummu, jiwa amanahmu, baik budi bahasamu, dan kejujuran tutur katamu.” Melalui perantaraan utusannya itu, Khadijah menawarkan dirinya kepada Rasulullah saw. untuk dilamar dan dinikahinya.
- Setelah mendengar pesan Khadijah lewat utusannya tadi, Muhammad saw. pun menceritakan hal itu kepada Abu Thalib bin Abdul Muththalib, pamannya tercinta. Mendengar hal itu, Abu Thalib sangat berbahagia. Ia pun berkata, “Sesungguhnya ini adalah rezeki yang Allah limpahkan untukmu, wahai Muhammad.”
- Seluruh putra dan putri Nabi dilahirkan dari rahimnya (baca : Sayyidah Khadijah), kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim istri Muhammad saw. yang lain, yaitu Mariyah Al Qibtiyah. Anak pertama Muhammad saw. dari Khadijah binti Khuwailid adalah Al Qasim. Dengan nama inilah Muhammad saw. dipanggil oleh Khadijah dengan panggilan Abul Qasim. Anak keduanya adalah Thahir atau Thayib. Ia dipanggil dengan nama Abdullah. Dinamai demikian karena Abdullah lahir pada masa awal dakwah Islam. Lalu lahir berturut-turut Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az-Zahra.
- Al Qasim meninggal dunia sebelum ayahandanya, Muhammad saw. diangkat menjadi utusan Allah. Ia meninggal pada masa jahiliah, sedangkan seluruh putrinya bertemu dengan Islam.
- Dari pemikiran (baca: terheran-heran) itulah Muhammad saw. memperluas cakrawala pandangannya pada alam semesta beserta rahasia-rahasianya. Ia yakin bahwa di balik keheningan malam, di balik remang cahaya dan kerlip bintang-bintang di langit pasti ada mega kekuatan tersembunyi yang Maha Besar, mampu menciptakan alam semesta, dan mengaturnya dengan hukum alam yang sudah menjadi iradah (kehendak)-Nya.
- Setelah mengarungi pernikahannya yang penuh ketenteraman selama lima belas tahun dan berolah pikir yang mendalam tentang al insane (manusia), al hayah (kehidupan), dan al kaun (alam semesta), turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. di Gua Hira, tempat ia biasa berkhalwat, menyepi untuk berolah pikir dan berolah rohani.
- Rasul pun berkata, “Khadijah, habislah sudah waktu untuk tidur dan beristirahat. Barusan, Malaikat Jibril menyampaikan waktu Ilahi. Allah Swt. memerintahkanku untuk memberi peringatan kepada umat manusia dan mengajak mereka bersujud dan beribadah hanya kepada Allah. Siapakah gerangan yang bisa aku ajak dan siapa pula yang akan menerima ajakanku?” Seketika itu juga, Khadijah tanpa keraguan sedikitpun menyatakan diri menerima ajakan suaminya, menerima risalah Allah yang dibawa suaminya. Khadijah menyatakan keimanannya kepada Allah dan membenarkan kerasulan Muhammad langsung do hadapan suaminya itu sendiri.
- Ketika kaum Musyrik Quraisy memutuskan untuk melakukan pemboikotan kepada Rasulullah Muhammad saw., mereka pun memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Malik Muthalib yang mereka anggap telah melindungi Muhammad saw. Sayyidah Khadijah tidak merasa ragu-ragu untuk keluar bersama Rasulullah saw., menemani beliau bersama-sama, menanggung penderitaan sebagai konsekuensi diembannya risalah Ilahi. Walaupun usianya sudah lanjut usia, Khadijah menyingkirkan keadaannya dengan semangat yang menggelora, seolah-oleh ia kembali muda.
- Aisyah binti Abi Bakar r.a. berkata, “Khadijah wafat sebelum shalat diwajibkan atas kau Muslim. Itu terjadi tiga tahun sebelum hijrah.”
Saudah binti Zam’ah
- Ibnu Abbas berkata, “Saudah binti Zam’ah dinikahi oleh Sakran bin Amar, saudara laki-laki dari Suhail bin Amar, yang bermimpi bahwa Rasul datang dan menginjak tengkuknya.” Lalu, Saudah menceritakan mimpinya itu kepada Sakran bin Amar. Suaminya itu kemudian berkata, “ Demi ayahmu, jika mimpi itu benar, aku akan meninggal dan engkau akan dinikahi oleh Rasulullah Muhammad saw.”
- Abdullah bin Muslim berkata, “Rasulullah saw. menikahi Saudah pada bulan Ramadhan, tahun ke sepuluh kenabian, setelah Khadijah wafat, dan sebelum Rasulullah menikahi Aisyah. Rasul menyelenggarakan pernikahan itu di kota Mekah dan hijrah bersama Saudah ke Madinah.”
- Ketika Saudah binti Zam’ah r.a. merasa bahwa usianya semakin lanjut, kondisi fisiknya yang mulai lemah, dan merasa sudah tidak mampu lagi melaksanakan kewajibannya sebagai istri, maka Rasulullah saw. berencana menceraikan dirinya.
- Saudah berkata lagi, “Aku meminta kepadamu agar berkenan untuk merujukku kembali.” Maka Rasulullah saw. pun merujuk saudah kembali. Ketika permintaannya terkabul, dengan penuh kebahagiaan, saudah berkata kepada suaminya, “Wahai Rasulullah, hari giliranku menjadi milik Aisyah demi keridhaanmu agar aku dapat melihat wajahmu. Demi Allah, aku sudah tidak punya lagi keinginan sebagaimana wanita yang lain, tetapi aku ingin agar Allah membangkitkanku berada dalam golongan istri-istrimu pada Hari Kiamat nanti.”
- Di antara istri Rasul, Saudah dikenal sebagai Ummul Mukminin yang tidak cantik secara lahiriah. Ia seorang wanita yang gemuk dan berkulit agak gelap.
- Saudah paling suka membuat Rasulullah tersenyum dan tertawa. Ia dikenal sebagai istri Rasul yang humoris dan suka menghibur suaminya.
- Saudah juga seorang wanita yang berperasaan lugu dan berpikiran sederhana hingga di antara Ummul Mukminin, ia dikenal sebagai wanita yang seadanya.
- Karena keluguan dan kesederhanaan saudah ini juga yang membuat para madunya senang menggodanya, bahkan terkadang mempermainkannya.
- Namun, walaupun Saudah adalah istri Rasul yang lugu dan berpikiran sederhana, ia juga dikenal suka memegang apa yang dikatakan suaminya.
Aisyah binti Abi Bakar
- Dalam sebuat riwayat, Rasulullah saw. pernah bersabda tentang Aisyah binti Abi Bakar r.a., “Ambillah separuh (ajaran) agama mu melalui Aisyah.” Hadits tadi menunjukkan bahwa Aisyah binti Abi Bakar memiliki pengatahuan yang luas tentang ajaran Islam.
- Aisyah juga dikenal sebagai seorang kritikus andal, sejarawan, dan mengetahui soal-soal pengobatan.
- Saat Ishaq Al A’ma (si buta) berkata, “aku mengunjungi Aisyah dan aku mendengar ia memasang hijabnya yang memisahkan kami. Aku pun heran dan bertanya kepadanya, ‘Mengapa engkau memasang hijab dariku, padahal aku tidak bisa melihatmu?”. Aisyah menjawab “Kalaupun engkau tidak bisa melihatmu, tetapi aku melihatmu. Jadi harus ada hijab di antara kita.”
- Aisyah pernah berkata, “Aku berharap, jika wafat, aku bisa menjadi barang yang tidak berarti serta dilupakan (Q.S. Maryam, 19:23).”
- Dari informasi para perawi hadits Rasul yang tsiqat (terpercaya) itu, para wanita Muslimah selayaknya berlomba untuk mengetahui perikehidupan sekaligus meneladani istri yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan masih gadis ini.
- Sambil berlinang air mata, Aisyah bersaksi , “Demi Allah, aku tidak bertobat kepada Allah selamanya dari apa yang Rasul katakana. Demi Allah, sesungguhnya aku tahu jika aku mengakui sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang sedang Allah tahu bahwa aku bersih dari (perbuatan itu), maka sungguh aku telah mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Jika aku mengingkari apa yang mereka katakana, mereka pasti tidak akan mempercayai dan tidak akan membenarkanku. Namun, aku akan mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh Ya’kub a.s., Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku), dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya terhadap apa yang kalian ceritakan.” (Q.S. Yusuf, 12:18).
- Bahwa sekalipun Aisyah adalah seorang istri pencemburu, ia tidak pernah mengungkap kecemburuannya kepada Ummul Mukminin lain yang dicemburuinya itu. Ia biasanya langsung menumpahkannya kepada Rasul.
Hafshah binti Umar
- Walaupun telah diperingatkan oleh ayahnya, Hafshah tetap bersikap dengan keberanian moralnya yang tinggi. Tidak heran karena ia adalah seorang ahli menulis yang sangat faqih dan kritis. Mungkin karena itulah ia selalu mengungkapkan pendapatnya langsung di hadapan Rasulullah.
- Rasulullah saw. pernah menceraikan Hafshah dengan talak raji (talak satu). Hal itu terjadi karena Hafshah sudah menyebarkan rahasia yang diminta nabi Muhammad saw. untuk disembunyikannya.
- Sedangkan dalam satu riwayat disebutkan, “Rujuklah dengan Hafshah karena ia selalu berpuasa dan selalu shalat malam dan sesungguhnya ia adalah istrimu di surga.”
- Rasulullah saw. pernah bersumpah untuk tidak mengunjungi para istrinya selama sebulan. Rasul demikian marah kepada mereka sehinggal Allah Swt. menegur beliau dengan menurunkan ayat tentang Aisyah dan Hafshah karena keduanya yang memulai aksi protes terhadap Nabi Muhammad saw. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua Bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu, malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (Q.S. At Tahrim, 66:4-5).
- Ummul Mukminan Hafshah sangat rajin membaca mushaf, mempelajari dan menelaah isinya. Karakter itulah yang menarik perhatian khalifah Umar bin Khattab dan mendorongnya untuk menitipkan mushaf itu kepada putrinya itu. Mushaf yang diseragamkan penulisannya yang didasarkan pada mushaf yang berada di tangan Ummul Mukminin Hafshah r.a. itulah yang kemudian dalam catatan sejarah Islam dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.
- Untuk menjadi sorang yang kritis itu ternyata mudah. Kita tinggal membiasakan diri bersikap rasional, tafkir syar’I (berpikir sesuai dengan hukum syariat) dan tafkir siyasi (berpikir politis, mampu mengungkap ada apa dibalik fakta).
- Ia adalah wanita yang disebut Jibril dengan Shawwamah wa Qawwamah (wanita yang rajin shaum dan shalat).
Zainab binti Khuzaimah (Ummu Masakin)
- Digelari ummul masakin atau “ibu bagi orang-orang miskin” karena kecintaan, rasa sayang, dan kepeduliannya terhadap kaum mustadhafin (dhuafa), fuqara (fakir), dan masakin (miskin).
- Kita juga bisa menjadi seorang penyayang seperti Zainab binti Khuzaimah. Caranya yaitu dengan 3 hal yang bisa kita lakukan : 1.)Care 2.)Empathy 3.)Sympathy
Hindun binti Abu Umayyah (Ummu Salamah)
- Termasuk ketika Rasulullah saw. datang melamarnya, Ummu Salamah tidak lantas menerima pinangan manusia paling mulia dari seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Ia masih mencoba untuk menghindar pinangan istimewa itu dengan menyatakan “keberatan-keberatannya” yang jadi karakter seorang wanita yang menjanda. Ummu Salamah berkata, “ Aku adalah wanita yang sudah tua, aku pun seorang janda yang memiliki banyak anak yatim, dan aku pun seorang wanita pencemburu.”
- Rasul menjalankan saran bijak dari Ummu Salamah dengan berdiam diri dari para sahabatnya, tetapi Nabi Muhammad saw. langsung memberikan contoh kepada mereka dengan menjadi orang pertama yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Para sahabat pun menyadari kesalahannya dan berlomba menjalankan perintah Rasul yang sebelumnya mereka abaikan. Saran bijak Ummu Salamah yang langsung dipraktekkan Rasulullah saw. telah menyelamatkan para sahabat dari murka Allah karena menyelisihi Rasul hingga membuat Rasul-Nya gusar.
Zainab binti Jahsyi
- “Istri yang paling cepat akan menyusulku di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.”